Langsung ke konten utama

Teruntuk Mu, Maaf........

Maaf....
Aku belum sanggup mengucapkan kata itu secara langsung pada mu.
Bagaimana bisa? Bertemu dengan mu saja aku tak lagi sanggup menatap, apalagi untuk berbicara. Kelu rasanya lidah ku untuk mengatakan semua hal ini pada mu. Namun, hati ku masih terus ingin berkata. Karena setiap hari ku akan berakhir, banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu; hanya dengan mu. Mungkinkah karena kini semua tak lagi sama? Mengapa pergi lalu menjauh? Mungkinkah karena ada diantara kita yang menyimpan rasa?
Pernahkah kamu percaya bahwa diantara wanita dan pria tidak akan pernah ada persahabatan yang begitu murni? Yang pasti salah satu nya akan terjebak perasaan. Entah muncul dari mana kepercayaan itu datang, yang jelas kini aku sangatlah percaya. Kamu menjadi alasan aku percaya akan hal tersebut.
Teruntuk mu, maaf...
Aku selalu mengecewakan mu, sebab kini rasa cemburu ku membunuh semua yang telah ada. Aku pikir, dulu rasa cemburu ku hanya karena kamu memiliki teman baru. Ternyata lebih dari sekedar itu. Mengapa semua baru tersadar setelah tak lagi bersama? Mengapa baru mengerti setelah pergi? Bukankah hati ini begitu lucu?
Teruntuk mu, maaf.
Aku pernah menjadi wanita yang tak baik, karena perasaan ku tumbuh saat dirimu tak sendiri. Perasaan ku ada ditengah-tengah kalian. Maaf pernah menjadi sebab wanita mu marah, karena aku terlalu nyaman. Maaf, aku pernah begitu bahagia saat wanita mu tak membalas pesan singkat mu dan pada akhirnya kamu memilih menghabiskan waktu dengan ku. Bukankah itu puncak tertinggi?
Teruntuk mu, selamat..
Sebab kamu adalah orang yang berhasil meruntuhkan pertahanan ku setelah dia pergi. Namun kini, kamu juga pergi. Perasaan itu yang kini menciptakan jarak diantara kita. Bukankah dulu, setiap jengkal ku selalu ada kamu?
Teruntuk mu, terimakasih..
Setidaknya pernah selalu ada untuk ku, menjadi sandaran disaat semua air mata ku tak pernah lagi bisa ku tahan. Terimakasih pernah menjadi pendengar yang baik untuk semua cerita ku. Terimakasih untuk rasa yang tercipta dan sulit ku hilangkan. Aku tau, mungkin kamu tak lagi peduli pada ku. Aku tau, mungkin hanya aku yang rindu pada mu; bukan sebaliknya. Aku biarkan saja dinginnya malam membungkus semua kesakitan ini. Biarkan angin malam yang menyapa mu, lalu berbalik kepada ku.

Teruntuk mu, jikalau kamu benar-benar membaca ini. Percayalah, ini bukan dongeng ku, bukan pula imajinasi ku. Ini aku, yang sungguh merindukan mu.

Teruntuk mu, Mr.one call away.

Komentar