Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Lagi, Kamu Memilih Bungkam

Siang itu aku berdiri menatap langit Ada kamu duduk menatap jalanan Aku dan kamu masih diam diantara ramainya orang-orang Aku dan kamu masih memilih membisu diantara lalu lalang Aku perlu bertanya Mengapa kita memilih saling diam? Seperti tak lagi ingin bicara satu sama lain, seperti ada yg tersakiti dan menyakiti Aku perlu jawaban Tapi aku tak mampu tuk ucapkan Kamu masih diam, akupun juga Kalau memang tak ada apa-apa, aku tau kamu akan banyak bicara padaku Kalau memang tak ada apa-apa, aku tau kamu akan tersenyum padaku Kali ini tidak, bahkan sapaan mu hilang Seperti terbawa angin siang itu Diam mu seperti cuaca saat itu, panas untuk ku Pada akhirnya, lagi-lagi kamu memilih pergi Beranjak meninggalkan aku tanpa meninggalkan kata untuk ku Pada akhirnya, lagi-lagi aku hanya bisa mengutuk diri Mengapa tak bicara saja, apa susah nya tuk sekedar mengucapkan "apakabar?"? Mengapa tak tersenyum saja, apa susahnya menyunggingkan kedua ujung bi

Dia Tak Cinta Kamu (Lagi)

Beberapa hari terakhir saat mendengar lagu di youtube, salah satu lagu berjudul "Dia Tak Cinta Kamu" selalu masuk dalam playlist saya. Lagu ini pesannya sampai ke hati saya.  Memang benar, kita tak bisa memaksakan seseorang yang tidak mencintai kita untuk terus ada dalam hidup kita. Saya jadi galau dibuatnya oleh lirik tersebut, sebab saya pernah memaksa seseorang untuk terus ada sementara ternyata perasaan dia hanya sesaat untuk saya.  Saya buta dibuat nya, tak lagi bisa melihat orang lain yang ternyata lebih mencintai saya. Penyesalan? Pasti datangnya selalu terlambat. Dulu saat dia memutuskan untuk mengakhiri namanya "Pendekatan" saya masih terus mengharapkannya akan kembali untuk memutuskan bahwa hubungan ini akan lebih dari sekedar "Teman dekat". Tapi, nyatanya hatinya tak lagi untuk saya. Beberapa kali ia kembali, saya masih mengingat, saya masih mengharap dengan dia.  Memang benar kata pepatah, "Kalau sudah terlalu cinta, seseorang bisa bo

Aku (Kini Mengerti)

Aku belajar darimu, bagaimana aku harus berdiri tegak tanpa sandaran selain diriku sendiri. Melangkah tanpa ragu dengan kaki ku sendiri. Aku belajar darimu, bagaimana menghargai yang sempat hadir di dalam hidup walau hanya sementara. Aku belajar darimu, ikhlas menyayangi tanpa harus ada yang tau bahwa cinta mu sudah terlalu dalam. Kamu, aku kini paham atas kepergian dirimu. Kamu, aku kini paham bagaimana malam ku yang dulu sempat indah. Kamu, aku kini mengerti mengapa sajak mu selalu indah. Aku sempat tak mengerti, aku sempat tak merasa. Hingga akhirnya kamu pergi sendiri. Ada yang hilang rasanya. Foto ini diambil oleh teman si Penikmat Senja--yang sempat mendapat tawaran menikmati senja sambil ngopi

Senja Pertama

Senja Pantai Parangtritis Yogyakarta, November 2015 Ingat? Sepertinya kamu tidak Bagi ku, ini senja pertama ku di kota ini Bagi ku, ini juga senja pertama bersama mu Jingga pekat dan aku begitu tenang Masih berdiri di bibir pantai, menikmati Sampai tak tertangkap lagi oleh kedua mata ku senja itu, aku tak berlalu Aku tak pernah menyalahkan malam yang datang terlalu cepat lalu mengusir senja Aku menikmati setiap detik melihat nya Dan bagi ku, aku mendapatkan kenangan terindah dengan senja pertama ku di sini Senja penuh kedamaian diiringi semilir angin pantai Senja penuh tawa bersama mu dan mereka Senja romansa, di pantai termasyhur pada masanya Senja tak pernah salah dan keliru Hanya yang meletakkan luka saat senja-lah yang menganggap bahwa senja adalah duka Aku --yang kini tak lagi dengan mu-- pun tak menganggap senja duka ataupun luka, sebab penikmat senja bersama ku, yaitu kamu tak lagi disini Yang tersisa justru adalah kenangan bahagia bers