Siang itu aku berdiri menatap langit Ada kamu duduk menatap jalanan Aku dan kamu masih diam diantara ramainya orang-orang Aku dan kamu masih memilih membisu diantara lalu lalang Aku perlu bertanya Mengapa kita memilih saling diam? Seperti tak lagi ingin bicara satu sama lain, seperti ada yg tersakiti dan menyakiti Aku perlu jawaban Tapi aku tak mampu tuk ucapkan Kamu masih diam, akupun juga Kalau memang tak ada apa-apa, aku tau kamu akan banyak bicara padaku Kalau memang tak ada apa-apa, aku tau kamu akan tersenyum padaku Kali ini tidak, bahkan sapaan mu hilang Seperti terbawa angin siang itu Diam mu seperti cuaca saat itu, panas untuk ku Pada akhirnya, lagi-lagi kamu memilih pergi Beranjak meninggalkan aku tanpa meninggalkan kata untuk ku Pada akhirnya, lagi-lagi aku hanya bisa mengutuk diri Mengapa tak bicara saja, apa susah nya tuk sekedar mengucapkan "apakabar?"? Mengapa tak tersenyum saja, apa susahnya menyunggingkan kedua ujung bi
Beberapa hari terakhir saat mendengar lagu di youtube, salah satu lagu berjudul "Dia Tak Cinta Kamu" selalu masuk dalam playlist saya. Lagu ini pesannya sampai ke hati saya. Memang benar, kita tak bisa memaksakan seseorang yang tidak mencintai kita untuk terus ada dalam hidup kita. Saya jadi galau dibuatnya oleh lirik tersebut, sebab saya pernah memaksa seseorang untuk terus ada sementara ternyata perasaan dia hanya sesaat untuk saya. Saya buta dibuat nya, tak lagi bisa melihat orang lain yang ternyata lebih mencintai saya. Penyesalan? Pasti datangnya selalu terlambat. Dulu saat dia memutuskan untuk mengakhiri namanya "Pendekatan" saya masih terus mengharapkannya akan kembali untuk memutuskan bahwa hubungan ini akan lebih dari sekedar "Teman dekat". Tapi, nyatanya hatinya tak lagi untuk saya. Beberapa kali ia kembali, saya masih mengingat, saya masih mengharap dengan dia. Memang benar kata pepatah, "Kalau sudah terlalu cinta, seseorang bisa bo